Berteman dengan Orang Tua Murid di Social Media? Yess or No?

Berteman dengan Orang Tua Murid di Social Media? Yess or No?. Sebagai seorang guru saya harus senantiasa menjaga kode etik. Iya, kode etik dalam banyak hal, salah satunya dalam hal menjalin pertemanan. Dengan rekan seprofesi aja, kami harus tahu diri apalagi dengan orang tua murid.

Sebenarnya berteman dengan orang tua murid bisa lewat mana saja. Yang pertama berteman di dunia nyata, sedangkan yang kedua adalah berteman di dunia maya. Kalau saya pribadi lebih ke berteman lewat socmed saja. Karena ya emang nggak pernah berinteraksi di dunia nyata sih, kalau pun bertemu paling bahas soal anak mereka, seperti bahas masalah akademik maupun attitude anak selama di sekolah.

Kalau saya pilih mana ya?

Alasan lainnya sih karena sebenarnya saya ini pemalu. Lagi pula kikuk gitu kalau harus ngobrolin masalah pribadi sama orang tua murid. Nggak ada guna juga, malah yang ada orang tua murid bakal mikir “Ih ini gurunya anak saya gini amat ya hidupnya” hahaha.

Saya memang berteman dengan mereka lewat socmed. Tapi jujur, selama ini kebanyakan beliau-beliaulah yang minta pertemanan dengan saya. Ada beberapa alasan kenapa saya terima permintaan mereka, yaitu:

🔎 Kenal
Ya iyalah, kalau nggak kenal ngapain pula saya terima.
🔎 Pakai foto profil asli
Maaf ya bapak ibu, kalau nggak pakai foto asli saya nggak akan terima.
🔎 Tidak mengandung konten SARA
Biasanya saya akan cek dulu timelinenya. Kalau ternyata suka share kebencian, hoax, atau SARA, maaf-maaf kalau nggak saya terima.
🔎 Mutual Friends
Kalau mutual friendsnya adalah guru-guru (berarti orang tua ini sudah add guru lain) biasanya langsung saya terima, hehe.

Mungkin orang tua murid juga punya alasan kenapa harus berteman dengan guru di socmed. Tapi ini berdasarkan analisis pribadi lho, jadi mungkin benar mungkin tidak, seperti:

📌 Memang beneran ingin menjalin pertemanan. 
📌 Ingin kepo tipikal guru si anak ini bagaimana sih kalau di socmed
📌 Ingin mengetahui perkembangan anak, ya barangkali si guru akan share kegiatan anaknya selama di sekolah.

Kalau saya sendiri orangnya terbuka, maksudnya nggak yang apa-apa kaku gitu, fleksibel aja deh. Jadi nggak ada salahnya berteman dengan orang tua murid, toh saya sudah memberlakukan syarat terima pertemanan dengan mereka.

Cuma ya kadang ada risikonya sih, harus bisa jaga image di socmed. Ya kali wong saya aja nerapin nggak terima orang tua murid yang share hoax, masa saya sendiri main share-share berita kebencian di socmed. 


Saya juga hati-hati dalam membuat status, apalagi yang bersifat mengeluh, takutnya dibaca orang tua murid juga. Lagian saya sudah menerapkan dan membatasi diri untuk nggak nyinyir sesuatu hal yang nggak penting. Meskipun dulu sempat kecanduan gadget, tapi lama-lama juga akan bosan kok. 


Bagi saya, sah-sah saja berteman dengan orang tua murid asal tahu batasannya, toh saya juga nggak pernah tuh chatting lewat messenger atau direct message. Kalaupun ada pasti tidak saya ladeni. Pertemanan kami hanya sebatas LIKE dan KOMENTAR saja, selebihnya nggak ada.

Saya juga tidak memilih-milih orang tua murid, maksudnya jika saya suka sama si anak A, maka saya juga akan suka ibunya A. Bukan, saya bukan tipikal seperti itu. Orang tua murid di mata saya adalah sama saja, tidak ada yang saya emaskan.

Kalau ada yang berpikir begini “Eh Mama A kan best friend kamu, ya kan Ms Mei”, itu SALAH BESAR. Hanya karena saya berteman dengan mereka di socmed terus membuat saya mengistimewakan beliau? TIDAK. 

TIDAK PERNAH SAYA MENGISTIMEWAKAN ORANG TUA. Saya bekerja secara PROFESIONAL. Nggak ada deh kamus BEST FRIENDS dengan orang tua murid, karena saya tahu diri dan punya kode etik.

💜 Saya memang suka like atau komentar-komentar dengan orang tua murid di socmed, tapi bukan berarti saya lebih suka dengan mereka dibanding parents yang lain.

💜 Saya memang berinteraksi di luar sekolah, tapi hanya sebatas say hello dan saling menyapa saja. 

💜 Ada orang tua murid yang memberi makanan sebagai ucapan terima kasih, bukan berarti beliau itu best friend saya. Semua parents sama saja, kalau mereka baik saya juga akan lebih baik. Kalau mereka menghargai, saya akan lebih menghargai lagi.

Lagipula, berteman di socmed tidak membuat saya lalu menyukai orang tua tersebut secara pribadi. Socmed kan hanya perantara untuk berinteraksi di dunia digital, jadi kalau ada yang bilang “Mamanya si A, Papanya si B, Omnya si C atau tantenya si D, adalah BEST FRIENDS saya”, itu TIDAK BENAR.

Kesimpulannya adalah:
 Berteman dengan orang tua murid di dunia maya?

Saya memilih YESS!

Bagi saya bukan masalah kok, kan sudah membatasi diri. Saya akan sangat senang jika ternyata dengan berteman di socmed membuat orang tua murid yang tadinya galak, kaku, dan arogan menjadi lebih ramah dan santun dengan saya. Apalagi kalau ternyata malah bisa menjalin silaturahmi dengan baik. 

Bukankah begitu? Hehehe

Salam,
@meifariwis

10 komentar

  1. Saya pernah jadi guru, dan saya juga berteman di FB dengan beberapa wali murid. Gapapa sih menurut saya, toh misal saya ada khilaf, ya guru juga manusia kan, hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha karena guru bukanlah manusia sempurna ya mb. Aku juga boleh2 aja deh berteman dg parents. Santai aja hahaha

      Hapus
  2. kalau aku enggak berteman sama ortu, yang berteman sama ortu itu wali kelas dan itu sebatas WA/SMS. aku lebih berteman ke murid, muridku kan abg, abg sekarang kan ya gitu dech di sosmed... jadi aku lebih ngawasinnya lewat sosmed mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga berteman dg murid2 juga mb. Bagiku sama aja, malah bisa ngawasin mereka hehe, bener kata km mb

      Hapus
  3. zaman sekarang, orang tua siswa gampang ya berhubungan. ada grup wa, kayak istri saya kalo ada apa apa di sekolah anak tinggal wa

    BalasHapus
  4. jaman sekarang sangat dipermudah ya, tp kita sbg guru hrs bisa tarik ulur ya, jangan terlalu dekat juga krn biasanya suka ngelunjak , jd hrs tahu kapan kita deket kapan kita hrs menjauh dulu

    BalasHapus
  5. aku juga punya grup2 wali murid sekolahku mbak...lumayan bisa tukar info bila ada pr/tugas

    BalasHapus
  6. Hmmm... ini buat pelajaran aku ntar kl raya dah masuk sekolah hihihii, tapi kayaknya sih aku malas kl terlalu deket sama guru :D secukupnya aja yg penting dapetin info yg aku perlukan :D

    BalasHapus
  7. Kalau aku sih 50 : 50 hihihihi karena kadar kebahagiaan kita beda - beda. Nanti kalau kita jalan2, nongkring2, konkow sama temen2, atau sama temen blogger dihosipin lagi. Tar dibilang ga ngurusin anak lagi. Trs kalau ada review produk2 baru yang branded dibilang hedon lagiii, foya2 ahhh serba salah haahhahaha. Jadi better ngga.

    BalasHapus
  8. jaman now harus hati2 mbak kalau cari teman di medsos, kalau timeline dia sekiranya kurang beres sebaiknya ditolak aja.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung, silakan berkomentar dengan sopan ya. Jangan lupa follow ig/twitter juga di @meifariwis