Mengejar Impian yang Sempat Tertunda

Assalamu'alaikum :)

Ku kemasi barang-barangku, lalu ku masukkan ke dalam tas jinjing besar. Tak lupa pula aku bawa laptop dan alat sholat dalam tas ransel berwarna hitam. Air mataku terus mengalir membanjiri wajahku. Ayahku yang memang sudah marah padaku hanya diam tak bergeming, tapi aku melihat sorot matanya yang merah, menandakan beliau sedang bersedih. Lalu mataku tertuju pada ibu yang sedari tadi menangis tak henti-henti. Aku tahu ibu tak akan pernah rela melepas kepergianku. Awalnya tak ada yang merestuiku untuk pergi, tapi setelah aku desak, mereka akhirnya luluh juga.

Aku berpamitan kepada kedua orang tuaku, nenekku dan beberapa tetanggaku. Aku tidak tahu kenapa semua orang ikut menangis melihatku akan pergi meninggalkan mereka. Padahal aku pergi tak kan lama, kalau sudah sukses nanti aku bakalan pulang. Berbekal selembar ijazah Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia dan uang 300ribu pemberian ibuku aku pergi. Langkahku teramat berat saat melihat orang-orang yang aku sayangi bersedih. Tapi inilah keinginanku, aku ingin menggapai mimpiku di kota besar sana, Jakarta. 

Kucium tangan ibuku yang mengantarku sampai terminal. Sekali lagi aku minta doa restunya agar aku diikhlaskan merantau ke Jakarta sedirian untuk mengejar cita-citaku. Sambil menyeka air mata beliau mencium keningku sambil menasihatiku "Nak, kowe ati-ati neng Jakarta, Jaganen awakmu, aja terpengaruh karo wong, muga-muga kowe sukses gek cepet balik ngomah" (Nak, kamu hati-hati di Jakarta, jaga diri, jangan terpengaruh oleh orang lain, mudah-mudahan kamu cepat sukses dan segera balik ke rumah). Begitulah kira-kira pesan terakhir ibuku sebelum aku benar-benar pergi. Bus yang ku naiki akan segera berangkat, ku lambaikan tangan pada ibuku, terlihat ibu melempar sebuah senyum. Senyum itulah yang semakin menguatkanku untuk pergi.

***

Setelah seharian di dalam bus, akhirnya aku sampai di Jakarta. Badanku terasa pegal dan kakiku terasa sakit. Tapi itu tak seberapa sakitnya setelah ku lihat gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Banyak bangunan besar berjejer bak barisan tentara yag rapi bersiap untuk perang. Aku tersenyum sumringah saat mata ini mulai dimanjakan oleh banyaknya mall-mall dan etalase toko yang elite. Pikiranku sudah melayang-layang bagaimana seandainya aku jadi wanita karir di sini dan punya banyak uang, pasti hidupku akan bahagia.

Ku tengok jam tanganku, sudah siang ternyata, tapi temanku tak kunjung datang menjemputku. Aku mulai takut karena banyak pria yang menghampiriku. Aku tak boleh lengah, dengan sikap stay cool aku berhasil menghalau mereka. Tiba-tiba temanku datang, alhamdulillah. Kami bergegas menuju kos temanku dan beristirahat sejenak.

Aku sudah sibuk menyiapkan surat lamaran pekerjaan. Ku lihat ijazahku dan Akta IV-ku, ku ingat bagaimana dulu perjuanganku meraihnya. Kini ijazah tersebut akan aku gunakan untuk melamar kerja. Senang sekali rasanya. Tapi aku sedikit ragu, bukankah aku ini dulunya kuliah di jurusan pendidikan? kenapa aku malah melamar sebagai karyawan  di perusahaan swasta?. Harusnya aku menjadi seorang guru bukan? Pertanyaan itu tiba-tiba menggelayut di benakku, lalu ku tepis dengan iming-iming kalau kerja di perusahaan gajinya besar dan fasilitas terjamin. Berbeda bila aku kerja jadi seorang guru, pasti gajinya sedikit, hanya bisa aku pakai untuk makan saja. Padahal aku harus menyisihkan uang untuk ditransfer ke kampung. Akh, jiwa mudaku memang masih membara, tak ada salahnya ku coba dulu.

Setelah mengikuti serangkaian tes dan wawancara, aku dinyatakan lolos untuk menjadi salah satu pegawai di perusahaan sebagai tenaga administrasi. Aku yang dari kuliah dulu memang sudah mahir mengoperasikan komputer tidak banyak mengalami kesulitan dalam bekerja. Apalagi saat mendapat gaji pertama, rasanya senang bukan kepalang. Aku mulai nge-kost sendiri (dulu nebeng teman) dan membiayai hidupku sendiri. Tapi yang terpenting aku sudah bisa memberi uang buat orang tuaku. 

Awalnya biasa-biasa saja, tenaga tak banyak di kuras. Kerjaku setiap hari menghadap komputer untuk menyelesaikan file-file kerjaan. Tapi di sini pikiranku yang terasa sangat diforsir. Apalagi saat akhir bulan, laporan yang menumpuk harus segera ku selesaikan, kalau tidak bakal kena omelan si bos. Aku merasa jenuh dengan pekerjaanku yang begitu-begitu saja. Sampai akhirnya titik jenuh itu memuncak saat kudapati kos-kosanku dibobol oleh sekawanan maling. Benar saja, laptop hasil beasiswa dan iuran orang tuaku hilang. Aku menangis sejadi-jadinya tak tahu harus berbuat apa. Perlahan aku memang harus mengikhlaskannya, toh barang yang sudah hilang tak akan bisa kembali lagi.

Satu tahun sudah aku bekerja di perusahaan. Aku berdoa kepada Allah tentang cita-citaku yang sebenarnya. Ya aku ingin menjadi seorang guru. Seberapa besarpun gaji yang ditawarkan perusahaan tak akan pernah membeli kebahagiaanku. Aku rindu masa-masa mengajar anak-anak, aku rindu tentang cara belajar di kelas, aku juga rindu seandainya saja ijazah Sarjana Pendidikanku aku gunakan dengan benar. 

Seusai sholat tahajud sepertinya doa-doaku terjawab. Aku memberanikan diri untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Aku akan melanjutkan cita-citaku yang sempat tertunda. Aku mulai melamar pekerjaan ke berbagai sekolah. Berbagai tes aku ikuti dan hasilnya aku ditolak! iya aku ditolak dengan alasan aku kurang berpengalaman mengajar karena dulunya aku kerja di perusahaan. Sempat aku menyesal kenapa tidak dari dulu aku bekerja saja sebagai guru, tapi menyesal tak akan ada gunanya. Aku tetap optimis pasti suatu saat mimpiku akan tercapai.

Penolakan demi penolakan pun ku alami, pernah sampai kehujanan basah kuyup saat melamar kerja tapi hasilnya nihil juga. Panas terik, haus dan lapar menghiasi hari-hariku saat melamar kerjaan. Tapi mungkin Allah baru menguji kesabaranku. Aku harus yakin ada hikmah dibalik semua ini. Aku segera menelpon orang tuaku untuk selalu mendoakan yang terbaik buatku. Benar saja, suatu hari aku dapat panggilan. Aku melakukan berbagai tes dan wawancara, alhamdulillah setiap perjuangan pasti akan membuahkan hasil yang manis. Aku dinyatakan diterima kerja menjadi seorang guru SD di salah satu sekolah bertaraf internasioanal. Wow, justru buah dari usahaku kemarin dibalas oleh kejutan yang luar biasa dari Allah swt.

Kini, aku bekerja sebagai seorang guru sesuai dengan jurusanku saat kuliah dulu. Guru memang cita-citaku yang sebenarnya. Perjuangan untuk mendapatkannya pun tak mudah. Aku harus bersusah payah mengikuti tes, berjalan jauh menuju lokasi sekolah, menahan serangan cuaca yang tak menentu, tapi semua itu sudah berhasil aku lewati. Usahaku berdoa tiap malam pun tak sia-sia. Aku bahagia walau dengan gaji seadanya tapi aku bisa setiap saat pulang kampung untuk menemui orang tuaku. Senang sekali bisa bekerja sesuai dengan hobiku, terlebih dapat menyalurkan ilmu yang aku miliki kepada orang lain itu rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Orang tuaku pun juga sangat setuju bila aku menjadi seorang guru. Lengkap sudah kebahagiaanku saat ini. 

Foto dengan beberapa siswa-siswiku.

Aku jadi ingat sebuah pepatah, "bekerjalah sesuai dengan hobimu, maka kau tidak perlu bekerja lagi seumur hidupmu". Jadi, tak usah ragu menggapai cita-cita, walau membutuhkan pengorbanan yang luar biasa, niscaya kita nanti akan menuainya. Kita juga tak harus memaksakan kehendak, bila memang kau menyukai hobimu jadikanlah dia sebagai pekerjaanmu.

Kini, aku bersyukur impianku sejak kecil itu pun telah tercapai. Itu semua berkat doa orang tua, doaku dan kerja keras yang tak terbayarkan dengan apapun. Segala macam tantangan telah aku coba, sampai aku rela mengais rejeki di Jakarta. Tak ada yang sia-sia di dunia ini. Apapun impiannya, kita harus terus memperjuangkannya. Bagaimana dengan impian kamu?

26 komentar

  1. Bekerja adalah PILIHAN> Passsion seseorang memang berbeda beda. Bekerja memang idealnya harus sesuai dengan latar belakang dan aplikasi serta kemahirannya. Namun demikian ini tidak mutlak. Banyak orang bekerja dengan baik dan mencatat prestasi walaupun tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Istilahnya LOMPAT PAGAR

    Turut prihatin atas musibah kecurian Laptopnya. Saya bisa memahami karena saya pernah mengalami musibah yang sama yakni kecurian Laptop. Bahkan uang, HP dan Emas juga. BErsabarlah

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya om, setiap orang punya impian yg berbeda, bahkan harus menjalani dulu pekerjaan lain agar dapat meraih cita-cita yang sebenarnya, tapi salut juga buat orang2 yg berhasil "lompat pagar" tersebut :)
      semua cita2 memang burtuh perjuangan :)

      terima kasih om, turuh prihatin juga, smg kita diberikan yg terbaik dari Allah amin

      Hapus
  2. cerita yang sangat menginspirasi.
    doa, kerja keras dan pantang menyerah adalah kunci

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga menang giveaway nya

      Hapus
    2. terima kasih ya, doain moga menang hehehe

      iya kalau kita sungguh-sungguh dalam menggapai impian insyaallah akan tercapai :)

      Hapus
  3. Anonim1/13/2014

    Saya jadi ingat pertama kali pergi kuliah ke jakarta... Ketakjuban pada gedung pencakar langit tiba-tiba membuncah dari seorang anak desa...

    Terima kasih telah ikut GA kolaborasi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah berarti cerita kita sama donk??

      iya sama2 semoga aku yg menang ya? hehehe :) amin

      Hapus
  4. keren nih,jadi seperti cerpen:D gue suka sama pepatah ini
    "bekerjalah sesuai dengan hobimu, maka kau tidak perlu bekerja lagi seumur hidupmu".
    mimpi gue juga selalu muncul dari hobi gue

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih
      iya terkadang kita harus menahan ego kita, lebih enak kalo bekerja sesuai dengan hobi atau keinginan kita :)

      Hapus
  5. baca ini jadi ikut bangga, karena beberapa keluarga BE ada yang bekerja sebagai guru. mau gimana lagi, bekerja kalau gak sesuai dengan hati pasti juga akan gak bisa total.
    semangat Bu Mei, ini semua udah menjadi pilihan. tinggal menekuni yang ada aja. pasti nantinya akan ada buah yang kita tuai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kmu juga guru kan??]
      senang bisa berprofesi sesuai hati nurani msg2 :)
      terima kasih ya, kamu juga semangat yaaa
      mari kita tekuni impian kita dgn baik

      Hapus
  6. waaahh demi mengejar impian kak Mei sampai merantau ke jakarta sendiri.. benar-benar perjuangan yang luar biasa.. menurut saya guru itu adalah salah satu mimpi yang mulia dan alhamdulillah kak Mei berhasil menggapainya.. insya Allah saya akan nyusul kak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaaa semua demi cita2
      iya guru adl cita2 yg mulia :)
      amin segera nyusul yaaa

      Hapus
  7. wiih, keren banget tulisannya.. penggambarannya hidup banget..
    Ya, akhirnya udah jadi guru juga :)
    aku pernah baca loh tulisan yang tentang laptop hilang itu hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih Kukuh :)
      iya alhamdulillah skg sudah menjadi guru :)
      yup dlu aku pernah menceritakan kejadian laptopku yg hilang. thanks ya udah baca

      Hapus
  8. Halo mei. saya sempat ketinggalan GA mu.
    huahaha..
    aku juga alumni keguruan dlu (guru BK). ngeliat realita gaji minim bgt, qta jd pgn ngelirik krja non guru. padahal di satu sisi idealisme qt ya pengen kerja di bidang pendidikan. tp bnr km blg,masalah GAJI itu lho mei. hehe... kalo nge-honor di sekolah yang negeri atau swasta yang gak bonafit...wah..bisa2 utk bayar kos aja cukupnya. blm makan, bensin dll kan mei. hehe. bagusnya kalo km mau bs nabung ya ngajar di swasta/yayasan yang udah mandiri, kayak kamu di SD (kuliat dr fotonya anak2 chinese..wah yayasannya pasti bonafide). semangat ya mei!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Ina kamu kemana aja? GAku udah lewat huhuhu
      tosss dulu kita sama2 guru hehehe
      iya alhamdulillah sekolahanku bonafit.
      kerja sesuangi dgn keinginan itu lebih enak Ina, percaya deh

      Hapus
  9. aaaaahhhh kak meiii.. perjuangannya kena panas hujan demi mengejar impian itu sungguh luar biasa kak... cerita kak mei bikin aku ikut merasakannya kak.. duh yaaah tapi alhamdulillah kakak udah menggapai impian kakak.. jangan sia2in yang udah susah payah dicapai ya kak :')

    aku juga calon guru kak.. smoga bisa ngikutin semangat perjuangan kak mei :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa semua butuh perjuangan utk menggapai impian tsb. alhamdulillah skg sudah tercapai, insyaallah tidak akan aku sia2kan

      wah banyak jg ya yg mau jadi guru, asiiik

      Hapus
  10. mantap tulisanny mbak : Mneggugah.

    Oh iya, sukses selalu. moga diberikan kekuatan dan kesehatan, senantiasa.

    BalasHapus
  11. hai mei,, ternyata kita samaaa... aku juga keluar dari bank demi passion jadi guru. ikut GA ini juga xuixixixixixix

    btw, salam kenal ya mei... toss dulu ah sesama ibu guru bahasa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaaa hehehe
      salam kenal juga :)
      tosss

      Hapus
  12. tulisannya keren mba mei.. inspiratif.. bagi saya ini salah satu kisah yang berani. semoga selalu dimudahkan ke depannya ya mba :D

    salam kenal dari saya, rainbowmaniswriting.blogspot.com
    izin follow blognya ya, izin di folbek juga hehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin smg kita sama dimudahkan jalannya
      terima kasih :)
      aku udah berkunjung ke blog km tadi
      saa

      Hapus
  13. Anonim1/19/2014

    Salut dengan perjuangannya.. Saya pun punya akta mengajar, tapi sampai sekarang tidak terpakai.
    Bekerja tidak sesuai dengan jurusan dan ijasah yang saya peroleh.

    Terimakasih sudah ikut giveaway kami ya :-)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung, silakan berkomentar dengan sopan ya. Jangan lupa follow ig/twitter juga di @meifariwis