Pilih Kerja Atau Keluarga ???



Assalamu’alaikum ;)

Kira-kira ada yang kangen dengan serial #NgobrolAsik gak sih? Ya ampuuuuun. Malu banget rasanya udah 1 bulan gak nulis serial ini. Banyak alasan sih yang melatarbelakangi, kemarin Vindy sempat sakit. Saya pun juga disibukkan dengan segudang aktivitas sekolah. Yah bagaimana dong, jadi bolong lama kan akhirnya? Maafkeuun ya gaesss!


Kali ini saya dan Vindy sepakat untuk membahas hal personal yang sifatnya ringan-ringan saja. Tema yang kami angkat adalah tentang pekerjaan. Saya adalah seorang guru, Vindy seorang karyawan. Dua-duanya memiliki kesibukan dan aktivitas berbeda. Nah seperti apa kira-kira pekerjaan kami ini? Cek this out!


Baca punya Vindy

Guru. Seperti yang tertulis dalam ABOUT ME saat ini saya berprofesi sebagai seorang guru SD dan SMP di sebuah sekolah swasta di Lippo Cikarang, Bekasi. Sebuah profesi yang memang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Tidak perlu dipertanyakan juga kerjaannya ngapain, ya pasti ngajar kan ya? Xixixi. Pekerjaan ini minim resiko, dulu. Sekarang? Dikit-dikit ada masalah pasti akan melebar. Bahkan sempat ada pula kekerasan yang mewarnai dunia pendidikan ini.


Sebagai guru yang sekaligus ibu rumah tangga yang hobi ngeblog, kadang banyak yang nanyain. “Gimana sih Mei cara bagi waktu kamu ngurus semua itu, padahal kan kegiatan di sekolah padat. Anak juga masih kecil, bahkan seringkali masih ikutan lomba blog?”. Yihaaaaa pertanyaan ini sebenarnya pantas juga disematkan untuk ibu-ibu hebat di luar sana, yang juga pandai membagi waktunya antara profesi, passion, and family.

Bagaimana caranya bagi waktu?

Kalau boleh jujur semua kegiatan yang saya jalani ini sangatlah menguras tenaga dan pikiran. Bangun pagi ngurus anak dan menyiapkan kebutuhan suami, lalu berangkat ke sekolah sampai sore hari. Belum lagi kalau ada lembur yang mengharuskan pulang malam, fiyuuuuuh. Sampai di rumah masak untuk keluarga (terkadang malas sih, lebih banyak jajannya). Malamnya kumpul dengan suami dan anak lalu main bersama. Jika anak sudah tidur, saatnya ngeblog (kalau gak capek tapi ya). Begitu seterusnya, sampai akhirnya saya menemukan ritme yang pas untuk segala kegiatan saya tersebut.

Supaya tidak sepaneng dengan semua itu, saya selalu bekerja sama dengan suami. Ada kalanya saya melakukan “me time” agar tetap waras menghadapi segudang aktivitas setiap hari. Suami pun tak masalah jika saya akhirnya malas-malasan dengan pekerjaan rumah seperti nyuci, nyapu, ngepel. Dia membolehkan saya untuk istirahat dan ngeblog sepuasnya, nanti jika sudah tenang, pastilah segala pekerjaan rumah tersebut bakal saya bereskan. Hehehe J


Lalu bagaimana soal pekerjaan di sekolah?

Sama saja sebenarnya. Meskipun saya guru swasta, yang kelihatannya enak-enak saja dengan aktivitas yang super seru, kalau tidak percaya silahkan baca postingan saya tentang sekolah di label “SCHOOL”. Semua orang pasti akan menilai kerjaan saya hanya senang-senang, big NO NO! Sekolah tempat mengajar saya memang memiliki kegiatan yang menyenangkan, tapi dibalik itu semua ada kerja keras yang harus kami (kepsek, guru, dan karyawan) bayarkan.


Guru adalah pekerjaan mulia, yang bertugas mencerdaskan anak bangsa. Tapi berhubung setiap sekolah memiliki aktivitas yang berbeda-beda, pastilah pekerjaan kami tidak hanya soal mengajar, melainkan menjadi panitia kegiatan, memikirkan konsep acara, rapat mingguan, menyelesaikan administrasi dan lain sebagainya. Apalagi sekarang saya diamanahi menjadi wali kelas 6 yang memiliki seabrek kegiatan yang sudah ada di depan mata.


Lelah bekerja itu wajar, berselisih paham dengan teman kerja juga wajar. Oleh karenanya sebisa mungkin saya tetap memberikan ruang untuk menyenangkan hati ini. Sekeras apapun bekerja, kalau saya capek hasilnya tidak akan maksimal.


Pilih kerja atau keluarga?

Ini pilihan yang sulit, jadi ibu rumah tangga adalah idaman setiap istri. Terkadang saya juga ingin seperti ibu-ibu yang bisa 24 jam menjaga dan mengurus anak. Apa saya menyesal telah bekerja? Tidak!!! Saya tidak menyesal menjadi seorang guru, karena itulah impian dari sejak kecil. Saya percaya, bentuk mengabdi kepada suami ada berbagai macam. Menjadi guru adalah passion yang sangat saya sukai. Dengan mengajar, saya menemukan sesuatu yang tidak bisa dapatkan di kegiatan lain.

Meski bekerja saya tetap memprioritaskan keluarga. Prinsipnya, apapun itu, keluarga adalah nomor satu. Melakukan kewajiban sebagai istri dan ibu juga tetap jadi yang nomor wahid. Saya suka mengajar, menjalaninya pun tidak setengah-setengah. Puji syukur semua keluarga mendukung pekerjaan saya ini. Suami apalagi, meskipun saya telah berkeluarga, suami tetap memperbolehkan saya bekerja sesuai dengan keinginan. Kami berkomitmen untuk saling mensupport hobi, pekerjaan, dan passion pasangan masing-masing.

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan saat akan memilih pilihan sulit ini, pilih kerja atau keluarga? Berdasarkan pengalaman saya, berikut saya jabarkan beberapa diantaranya;

1. Diskusikan terlebih dahulu dengan pasangan atau keluarga.
2. Pintar-pintar membagi waktu.
3. Harus punya prioritas dan tujuan yang jelas.
4. Tetap lakukan me time dan selalu kumpul keluarga saat weekend.
5. Pastikan pekerjaanmu tidak akan mengganggu keluargamu.

So, kalau disuruh pilih keluarga atau pekerjaan. Saya tetap pilih keduanya :). Bagaimana dengan kalian teman-teman? Pernahkah terbersit dilema dan ingin resingn dari kerjaan? Share yuk, siapa tahu kita samaan gitu hehehe :)

Salam,
@meifariwis



17 komentar

  1. Salut sama perempuan yang masih bekerja meskipun sudah menikah. Saya sendiri dari sebelum menikah malah langsung kepingin jadi IRT aja. Alhamdulillah kesampaian punya suami yang memang ga kepingin istrinya kerja hihi. Semua pilihan ya Mbak. Kalo udah gitu, sudah tau konsekuensinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, ada beragam pilihan yang patut untuk kita hargai. IRT atau WM semua sama2 baik kok, asal tahu prioritasnya.

      Hapus
  2. Sekarang sih belum nikah, tapi aku sudah berangan nanti pengen tetap kerja atau minimal punya sesuatu yang kugeluti dan menghasilkan meski harus di rumah saja.
    Entah nanti ketika sudah menjadi istri beneran, mungkin bisa berubah pikiran, atau tetap dengan impianku itu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sEMOGA nanti dapat jalan yang paling baik y Vindy, semoga bisa bagi wktu juga

      Hapus
  3. Setuju mba.. yg ptg apapun pilihannya itu sesuai dgn kondisi keluarganya masing2. Sy sendiri uda 5 tahun resign karena memang kalo sy terus kerja gak bisa berimbang antara keluarga dan kerjaan. Ga bs jalan bersamaan deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, gakpapa resign jadi lebih dekat dengan keluarga, kalau ga bisa jalan bersamaan kan malah jadi pusing akhirnya hehee

      Hapus
  4. Kalo aku ttp bertahan utk bekerja mbak Mei... krn Alhamdulillah keluarga masih terkondisikam dgn baik. Oh iya aku juga pernah posting alasan kenapa aku memilih jd WM

    http://www.yeni-susanti.com/2016/04/semua-working-mother-punya-alasan.html?m=1#comment-form

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama mb, alhamdulillah keluarga jg dukung

      Hapus
  5. Kalau saya emang nggak suka kerja di kantor mba jd saya lbh milih kerja dirumah, alasannya pernah saya tulis di blog hehe main2 ya

    Www.catatanamanda.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, pilihan mbak saya hargai hehhe. oke siap meluncur

      Hapus
  6. Kalo saya sih udah nggak karu-karuan Mak, pengennya condong ke keluarga tapi keadaan harus berbagi segalanya, ruang dan waktu. Bismillah aja, semoga lancar jaya urusan keluarga dan non keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin amin semoga lancar ya mak, keadaan kadang menyuruh kita untuk tetap bekerja, semangaaat mak :)

      Hapus
  7. kalau memang belum siap jadi irt lebih baik dipikirkan dulu mbak, karena tetangga ada yg keluar dari kerjaan justru sakit. jadi harus siap mental

    BalasHapus
  8. Pertama keluar kerja, memang menyebalkan, tapi sekarang aku enjooooy! Enjpy dengan anak dan suami, bikin rejeki mengalir deras tak terkendali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anonim2/22/2024

      Wah mbak.. aku sedang diposisi yg menyebalkan ini,,, terkadang ada kerjaan yg datang lowongan guru yg kosong serasa inginku manfaatkan dan bekerja lagi,, tp aku yg ikut suami ke kota yg baru serba blum kenal kondisi dan keadaan punya anak kecil berasa sedih kalau ninggalin anak, mau ditinggal sm siapa kalau aku kerja.. disisi lain AKU JG INGIN KERJA sebagaimana sebelumnya sdh 7 tahun menjadi guru.

      Hapus
  9. Aku juga kerja di sekolah loh mbak, TU cuma aku harus menghandel semuanyam surat menyurat, proposal dan tetek bengek lainnya. Belum lagi jd operator dapodik, ngarap pmp, terus kl test selalu jd sekertaris. Kl rabu ngajar ekskul. Capek iya, mau resign si pernah. Tapi kok liat ortu yg seneng bgt liat anaknya kerja trrus suami ngizinin itu... semangatlah bekerja..hehe

    BalasHapus
  10. Komentator cowok pertama nih, jangan-jangan malah satu-satunya nanti. Hahaha.
    Semuanya soal pilihan. Kalau pintar bagi waktu, serta mentalnya kuat demikian pula fisiknya, ibu rumah tangga yang bekerja layak dapat acungan dua jempol. Hebat banget mereka bisa tetap mengurus keluarga sekaligus memberi tambahan pemasukan. Tapi bagi yang sudah kerepotan ngurus kerjaan atau ngurus keluarga, merangkap dua peran itu malah bisa jadi berabe. Hehehehe.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung, silakan berkomentar dengan sopan ya. Jangan lupa follow ig/twitter juga di @meifariwis